Langsung ke konten utama

Pengolahan Udang dan Gurita di PT Istana Cipta Sembada Banyuwangi

1. Pengolahan Udang
1.1 Wilayah Penerimaan
Tempat penerimaan bahan baku (udang) yang baru saja datang dari supplier. Dalam wilayah ini dilakukan tahapan cross chek ukuran, kualitas dan jumlah udang yang diterima pada saat panen, tujuannya untuk mengetahui jumlah udang dan ukuran yang diterima supplier untuk menyeleksi. Supplier adalah udang yang diterima memenuhi standar kualitas udang baik dari segi fisik dan kimia yang telah ditetapkan. Jika ada udang yang tidak memenuhi syarat maka udang akan dikembalikan pada supplier.
           
1.2  Asmen Wilayah A                        
Prosedur ketentuan kerja di asmen A adalah sebagai berikut:
1)      Potong kepala
Pada bagian ini udang dihilangkan kepalanya sesuai spesifikasi produk dan dihilangkan kakinya. Hasil potong udang atau Neck Meat tidak boleh kurang dan melebihi setengah ruas kaki udang harus dibersihkan sampai bersih beserta genjernya.
2)      Pencucian
Karena udang yang diterima dalam kondisi kotor dan terkontaminasi bakteri dan produk harus memenuhi standar mikrobiologi yang telah ditetapkan, maka harus dilakukan pencucian sampai bersih sehingga standar mikrobiologi produk dapat tercapai dan tujuan dari pencucian. Hal ini dilakukan untuk menurunkan jumlah mikroorganisme dan untuk mengeliminasi benda asing pada produk (pada kegiatan ini temperatur air harus di jaga yaitu pada suhu < 5°C). Proses pencucian ada dua macam, yaitu:
Pencucian pertama digunakan untuk mencuci udang HL hasil potong kepala dengan ketentuan 600 kg untuk setiap boks besar. Temperatur air <5 span=""> dengan chlorine 10 ppm harus cukup dan bersih.
3)      Kupas dan cukit
Pada tahapan ini udang dihilangkan kulit dan ususnya sesuai spesifikasi produk semua kulit dan kaki jalan udang harus bersih sesuai spesifikasi udang dan usus pada udang harus terampil semua. Udang dikupas secara manual menggunakan kuku logam sedangkan untuk mencukit menggunakan jarum logam. Metode kupas ada dua macam yaitu:
a.      Kupas PND
1)      Udang dipegang dengan tangan kiri pada posisi telungkup dan ekor ada pada genggaman.
2)      Kupas pada ruas 1-3 dilanjutkan pada ruas 4-5 .
3)      Posisi udang di balik dengan ekor berada dalam genggaman.
4)      Buka ruas terakhir untuk mengupas ekor dengan cara menarik sambil menekan ke empat ekor sayap.
b.      Kupas PTO
Cara seperti pada poin a, tetapi ruas terakhir dan seluruh ekor tidak dikupas.
Pencucian kedua digunakan untuk mencuci udang PD hasil kupas dan cukit dengan ketentuan 300 kg untuk setiap boks sedang atau 100kg untuk setiap boks kecil. Temperatur air <5 span=""> dengan Chlorine 10 ppm harus cukup dan bersih.
1.3 Asmen Wiliyah B
Prosedur ketentuan kerja di Asmen B adalah sebagai berikut :
1)      Pisah Warna (separating color)
Kegiatan ini dilakukan untuk menyeragamkan warna udang. Secara umum, pembagian warna dilakukan sebagai berikut:
a.       Udang windu :  black, dark blue, dan light blue.
b.      Udang vanamei : brown,dark grey,dan light grey. 
2)      Sortasi
Untuk mendapatkan keseragaman atau kerataan ukuran perproduk sesuai standar, sortasi ukuran harus dilakukan dengan benar agar sesuai dengan spesifikasi produk dengan mempertahankan dingin dan suhu yang < 5°c dengan cara diberi es curah secukupnya (3 serok es).
3)      Penimbangan (weighting)
a)      Penimbangan dilakukan dengan cermat, cepat dan tepat. Penimbangan produk dilakukan sebesar 1,8 kg untuk produk headless, PND, Natural dan PND shocking.
b)      Penimbangan untuk produk HO semi ICF adalah sebesar 800 gr + ekstra 20 gr.
c)      Penimbangan untuk produk ES, Prima Merah, MWF, adalah sebesar 900 gr.

4)      Penyusunan  (arranging)
Untuk memperbaiki penampakan yang lebih baik (rapi dan rata). Dalam produk PND vannamei dan PTO MW-V dilakukan penyusunan yang berbeda, produk disusun dengan dua sisi (atas bawah). Pada produk blok seperti STPP-V, HL, PND-V, disusun di inner Pan dan  bagian terpenting ialah pemberian label ukuran, pada produk ini terlebih dahulu label ukuran dipasangkan pada inner pan sebelum udang disusun dengan posisi terbalik (bagian belakang menghadap dasar inner pan) kemudian setelah itu udang dituang ke dalam inner pan / polybag lalu ditambahkan air sesuai SOP (Standar Operational Produk).
1.4        Asmen Wilayah C
Prosedur ketentuan kerja di Asmen C adalah sebagai berikut :
1)      Vacum
Vacuum berfungsi mengawetkan produk melalui kemasan dengan menghilangkan kandungan udara pada plastik polybag dan menutupnya. Standar level pemvakuman yaitu:
1)      PTO Stretch level pemvakuman          : 12 “ .
2)      Retail pack 900 gr level pemvakuman : 10 ”.
3)      Retail pack 450 gr level pemvakuman : 9 “.
 2)      Pembekuan (freezing)
Proses pembekuan untuk produk blok beku (headless, PND Natural, dan PND Shocking) dan HO semi IQF menggunakan Contact Plate Freezer, sedangkan proses pembekuan produk untuk PND IQF dan PTO semi IQF menggunakan mesin IQF. Proses pembekuan ini dilakukan sesuai prosedur untuk menghindari kemunduran mutu.
1.5        Asmen Wilayah D
Prosedur ketentuan kerja di Asmen D adalah sebagai berikut :
1)      Metal detector
Untuk mendeteksi adanya logam pada produk, semua produk harus dilewatkan pada metal detector sehingga semua produk aman untuk dikonsumsi.
2)      Pengemasan (packing)
Proses pengemasan dilakukan dengan cara mengemas produk dengan menggunakan polybag, inner carton, master carton sesuai dengan spec produk. Tujuan pengemasan yaitu:
a)      Melindungi produk dari bahaya luar.
b)      Melindungi produk dari kontaminasi bahan berbahaya.
c)      Memberikan informasi mengenai spesifikasi produk yang dikemas.
d)     Meningkatkan penampakan produk agar lebih menarik.
 3)   Penyimpanan (storing)
Untuk mempertahankan kualitas produk sambil menunggu produk untuk di ekspor. Proses penyimpanan harus dilakukan dengan benar agar produk tidak rusak dan mengalami kemunduran mutu. Tempat penyimpanan adalah cold storage dengan suhu minus 23°c ± minus 2°c.
4)   Pengiriman (ekspor)
Untuk mengirim produk yang telah dipesan ke tempat tujuan. Produk terkirim sampai pihak buyer. Pengiriman harus dilakukan dengan benar agar produk tidak mengalami kemunduran mutu dan sampai pada buyer sesuai dengan yang diminta.
2 Pengolahan Gurita (Octopus Sp)
2.1 Proses penanganan Gurita
Proses penanganan gurita dimulai dari penerimaan hingga penyimpanan siap ekspor, sebagai berikut.
1)    Defrost
     Bertujuan untuk mencairkan gurita yang baru diambil dari cold storage dengan waktu 1 malam.
2)   Cutting Raw
     Memotong bagian kepala gurita, tentacels dan ujung ekor (ashikasaki).
3)   Soaking
     Penambahan berat gurita dengan menambahkan zat kimia untuk membuat tekstur lebih bagus. (SQ Up 2,5 %, 24-36 jam)       .
4)   Boiling
     Perebusan gurita agar mudah waktu dipotong dengan temperatur suhu 95 - 96°c, waktu 90 detik.
5)   Cooling
     Untuk merendam gurita menggunakan es dengan temperatur suhu 0-5°c, dalam waktu 1-2 jam.
6)   Cutting
     Pemotongan gurita yang sudah direbus, dengan berat potongan sesuai ukuran (3/4, 4/5 , 5/6 gr).
7)   Sortir
     Pemisahaan berat potongan gurita sesuai ukuran ekspor.
8)   Washing
     Pencucian gurita menggunakan clorine dan air dingin.
9)   Freezing
Gurita dibekukan di dalam mesin IQF.
10)    Weighing
       Gurita ditimbang dengan berat sekitar 1060 – 1070 gr. Berat kepala maksimal 20%.
11)    Glazing
Gurita dicelupkan ke air dingin (2-3°c).
12)    Beaging dan Sealing
Gurita dikemas ke dalam polybag dan diseal.
13)    Metal Detecting
       Hasil pembekuan dilewatkan metal detecting, fe 2.0, Sus 3.0.
14)    Packing
Gurita dimasukkan ke dalam MC Prima  Octopus. 1kg × 10 polybag.
15)    Storage
Gurita disimpan di Cold Storage.
2.1 Syarat Mutu Bahan Baku Gurita
Persyaratan bahan baku yang harus dipenuhi untuk proses pengolahan gurita (Octopus Sp) dapat dilihat pada tabel berikut :





Jenis Uji
Satuan
Syarat Mutu
A.    Organoleptik minim
B.     Cemaran mikroba:
1)      ALT , maks
2)      Ecsheria colli, maks
3)      Salmonella
4)      Vibrio cholera
vibrio parahaelyticus*),
Parashit, maks*)
C.     Cemaran kimia
Raksa (Hg)maks*
Timbal(Pb)maks*
D.    Fisika :
Suhu pusat , minimal
Nilai (1-9)
Koloni / gr
APM/Gr
Per 25 gr
APM/gr
Ekor



Mg/kg
Mg/kg

°C
Minimal 7
5,0 × 104
<3 span="">
Negatif
Negatif
<3 span="">

0

0,5
      2 - 18

Tabel 1. Standar Mutu Gurita sumber Wikipedia, 2000

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN TRY OUT UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER (UNBK) KE-1  DI SMK PERIKANAN DAN KELAUTAN PUGER

MPLS dan LDDK SMK Perikanan dan Kelautan Puger Hari Ke 21

MPLS dan LDDK SMK Perikanan dan Kelautan Puger Hari Ke 21 Kegiatan menginap ruang Marlin dan Tuna Sholat malam ruang Marlin dan Tuna

Praktik Kerja Lapang DRBK

Praktik Kerja Lapang Kompetensi Keahlian Desain dan Rancang Bangun Kapal (DRBK) Praktik Kerja Lapang berikutnya adalah Kompetensi Keahlian Desain dan Rancang Bangun Kapal (DRBK) pada tahun ajaran 2018/2019. Sebelum keberangkatan, kegiatan PKL untuk kompetensi keahlian desain rancang bangun kapal juga mendatangkan wali murid untuk diberikan pengarahan mengenai detail kegiatan PKL yang akan tersebar di beberapa perusahaan, yaitu  PT PAL Indonesia Persero,  PT Adiluhung Saranasegara Indonesia,  PT ORELA Shipyard,  PT DUMAS Tanjung Perak Shipyard, dan  PT Terafulk Megantara Design  Kegiatan ini dilaksanakan pada 26 April 2019.  Without training, they lacked knowledge. Without knowledge, they lacked confident. Without confident, they lacked victory. - Julius Caesar Rapat wali taruna persiapan PKL PT PAL Indonesia Persero Persiapan pemberangkatan Gelombang ke-2 Serah terima PT Adiluhung Saranasegara Indonesia Serah terima PT DUMA